Tentang yang Pro dan yang Kontra

Temperatur menghangat, suhu politik menggeliat. Sejak Calon Bupati Kebumen, H. Buyar Winarso, SE mengumumkan calon wakilnya, Djuwarni, berbagai reaksi bermunculan. Reaksi apa lagi yang diharapkan? Tidak akan lebih dan tidak akan jauh dari yang pro dan yang kontra.

Yang pro? Ah, tidak perlu dikemukakan. Toh mereka berada pada barisan yang sama. Bagaimana dengan yang kontra? Bermacam-macam dalihnya, mulai dari yang tampak rasional, sampai yang “pokoke ora setuju. Titik”. Terhadap kelompok masyarakat yang pro terhadap Djuwarni, Buyar Winarso hanya mengucap “matur nuwun”. Terhadap yang kontra, juga “terima kasih”. “Kedua kelompok itu pada hakikatnya sama, yakni sama-sama menaruh perhatian kepada saya, jadi saya mutlak harus berterima kasih,” ujar Buyar.

Selanjutnya, Buyar mengemukakan enam (dari 10) alasan mengapa ia memilih Djuwarni untuk mendampinginya bekerja keras membangun Kebumen yang lebih maju dan barokah, periode 2010 – 2015. Berikut pernyatannya:

1. Saya tidak memilih calon wakil bupati dari figur yang paling tinggi popularitasnya, tetapi saya memilih yang paling rendah resistensinya. Dengan kata lain, saya mencari wakil yang bebas dari konflik. Sebab, sangat mudah mencari seribu musuh, tetapi sangat sulit mencari seorang teman. Sedangkan untuk membangun Kebumen ke depan, diperlukan suasana kondusif di semua elemen masyarakat.

2. Saya mencari calon wakil yang bisa dan terbiasa bekerja keras. Sebab, untuk memajukan Kebumen, tidak bisa dikerjakan dengan biasa-biasa saja. Tidak satu pun kalangan yang mengenal Ibu Djuwarni yang menolak kenyataan bahwa beliau adalah seorang pekerja keras. Tidak satu pun. Kecuali memang yang belum tahu dan belum mengenalnya.

3. Saya mencari calon wakil yang bersih dari KKN, karena saya tidak mau jika dalam proses pemilihan atau pasca pilkada, wakil saya terseret kasus, baik pidana maupun perdata. Ini sudah melalui verifikasi dan pengecekan ke institusi hukum. Track record yang bersih, adalah modal membangun kepercayaan masyarakat. Sebab, kita tidak mungkin menyapu dengan sapu yang kotor.

4.Saya memilih calon wakil yang bisa diterima oleh sebanyak mungkin kalangan: Politisi, birokrasi, kalangan agama, dan seluruh elemen masyarakat yang lain. Guru, adalah figur paling netral. Dia non partisan, berprestasi, dan sudah nyata prestasinya. Tidak ada manusia yang sempurna, tetapi cukuplah bagi saya, seandainya jejak rekam positifnya jauh lebih besar daripada catatan negatifnya.

5. Berpotensi menambah jumlah pemilih. Ibu Djuwarni, dalam kapasitas sebagai guru, sangat mungkin didukung oleh segenap elemen pendidikan, para murid dan orang tua murid, hingga masyarakat luas yang respek terhadap profesi guru. Murid-muridnya sangat banyak, termasuk Rustriningsih, mantan Bupati Kebumen yang kini menjabat Wakil Gubernur Jawa Tengah. Para muridnya juga memiliki keluarga. Dan Ibu Djuwarni adalah guru teladan dan guru kesayangan para siswa. Belum lagi faktor suami yang menjabat Kepala Desa Kemukus.

6. Dan kriteria-kriteria lain yang kesemuanya berjumlah 10. Jadi, pemilihan Ibu Djuwarni menjadi calon wakil bupati mendampingi saya dalam Pilkada 11 April 2010 nanti, sudah melalui pertimbangan yang matang.

Terakhir, saya kutipkan sebuah cuplikan sejarah besar yang terjadi bulan Agustus tahun 1945, yakni peristiwa pengeboman Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika Serikat.

Pasca hancurnya dua kota tadi, Jepang lumpuh, dan kalah perang. Apa kata Kaisar Hirohito ketika itu? Dia pertama-tama bertanya kepada panglima perangnya, “BERAPA GURU YANG MASIH HIDUP ???”

Ya, dengan GURU, Hirohito kembali membangun Jepang. Karena Jepang tahu, kemajuan sebuah bangsa terletak pada kualitas guru atau pendidikannya.

Semoga, dengan Ibu Djuwarni menjadi Wakil Bupati Kebumen, maka KEBUMEN akan BANGKIT DARI KETERTINGGALAN…. menuju KEBUMEN MAJU yang BAROKAH.  Amin.   (jer)

2 responses to “Tentang yang Pro dan yang Kontra

  1. Suatu tujuan baik akan selalu diridloi Alloh Swt, saya dukung smoga sukses membawa Kebumen lebih baik..

Leave a comment